Latest News

Selasa, 11 Agustus 2015

"Potret tanpa Bingkai"



www.J.MarselloGinting.com
Pdt. Inta Handoyo, MA
"Potret tanpa Bingkai" Cv.Kurnia Agape,Tangerang,2011

Bag.17 hal 34
JANGAN MUDAH TERTIPU
"Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik"
(1 Tesalonika 5:21)
Fatamorgana adalah sebuah fenomena menarik yang dapat kita lihat dengan kasat mata. Biasanya fenomena ini terjadi dipadang gurun. Orang seperti melihat oase, kumpulan air atau danau, bisa juga terlihat seperti genangan air di aspal yang panas ketika kita sedang mengendarai mobil/berjalan, tetapi ketika kita menuju ketempat tersebut, ternyata tidak ada air. Apa yang kita lihat sebenarnya adalah pantulan dari langit yang timbul akibat pantulan udara panas yang berfungsi seperti sebuah cermin.
Dalam menghadapi masalah hidup sering kita dihadapkan dengan sebuah fatamorgana. Banyak jalan keluar yang terlihat sepertinya rohani, contoh: kesembuhan dengan tenaga prana atau terapi air kencing yang merupakan jalan keluar, seolah-olah adalah jalan pertolongan yang baik, tapi semua itu hanyalah bentuk tipu muslihat iblis untuk mencuri, membuat perpecahan, dan mematikan iman kita kepada Tuhan. Lewat sarana medis, kecanggihan teknologi sekarang ini, bahkan lewat tontonan-tontonan di televisi, semuanya terlihat baik dan manis diluarnya.
Namun kenyataannya dapat menghancurkan dan membinasakan manusia. Kita harus waspada, jangan sampai tertipu oleh fatamorgana ciptaan iblis. Seharusnya kita selalu menggunakan Firman Tuhan (Back to Bible) sebagai filter dalam menerima ajaran, tawaran, maupun keputusan apapun dalam kehidupan. Rajinlah mendengar khotbah, membaca Alkitab, buku-buku rohani, sehingga kita mempunyai pengetahuan yang benar akan Firman Tuhan, sehingga
tidak mudah terkecoh oleh iblis.
================================================
Bag.20 hal 40
BENTENG YANG KOKOH
"Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang"
(1 Timotius 4:8)

Dalam sejarah Yunani kuno, kerajaan Sparta sangat terkenal karena ketangguhannya dalam berperang. Suatu kali duta besar negara tetangga datang berkunjung. Duta besar ini sudah lama mendengar akan ketangguhan orang-orang Sparta dan kekokohan kotanya. Oleh karenanya duta besar ini sangat ingin melihat akan keadaan kota Sparta, bagaimana kokohnya kota itu. Ia berharap dapat melihat dari dekat sebuah kota dengan benteng yang sangat kuat. Tetapi betapa herannya ia, ketika sampai di kota Sparta dan melihat serta masuk ke kota itu; ternyata ia tidak melihat adanya benteng yang kokoh dan kuat.
Dalam keherannya ia bertanya kepada raja: "Tuan, mengapa tuan tidak membangun benteng kota yang kuat dan kokoh untuk menjaga keamanan kota dan kerajaan tuanku?" Dengan tersenyum raja Sparta mengatakan: "Ah tuan, saya tidak perlu untuk membangun tembok itu. Sebab kami ini benar-benar terlindung. Bangunlah besok pagi-pagi sekali, dan tuan akan melihat benteng kami yang sesungguhnya."
Demikianlah pada pagi hari duta besar itu telah bangun, dan apa yang ia lihat? Di lapangan sudah berjajar 10.000 pria Sparta yang gagah perkasa sedang berlatih perang-perangan. Raja Sparta berkata kepada tamunya: "Lihat, tentara itulah sesungguhnya yang menjadi benteng kami, mereka adalah benteng kota Sparta. Tiap prajurit merupakan batu yang kokoh yang tidak mudah ditembus oleh musuh"
Kita perlu belajar akan hal ini. Bukan dalam arti belajar perang-perangan secara fisik, tapi kita semua harus selalu melatih diri kita untuk peperangan rohani. Bila dalam keluarga ada barisan tangguh (ayah-ibu dan anak-anak membuat benteng doa) musuh tak akan mampu untuk menembuh pertahanan yang ada; semua anggota keluarga akan terlindung. Demikian juga bila kita, umat kristen mau memberikan waktu, untuk duduk bersama di kaki Tuhan, berdoa bersama-sama, maka Gereja kita pasti akan terlindungi, semua jemaatnya pasti dalam keadaan aman sejahtera.
Ingatlah, bahwa ketika satu kali kita membiarkan "iblis" dengan alasan apapun membujuk kita untuk tidak ikut berdoa, itu berhasil, maka akan ada kali kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Sehingga nantinya api kita yang padam. Hal ini memang sangat ditunggu-tunggu oleh iblis. Dia tidak akan pernah datang dalam wujudnya yang menyeramkan seperti yang dikiaskan oleh buku-buku atau film-film; tapi dia akan datang dan merobohkan benteng pertahanan justru dengan tipu muslihat yang halus; misalnya alasan-alasan macet, jauh, malas, kepahitan dan lain-lain.
Biarlah kita dapat menyadari akan hal ini. Percayalah, Tuhan itu tidak tidur dan buta. Ia melihat akan kesungguhan setiap anakNya dalam mencari DIA. Dia akan memberi upah kepada setiap mereka yang SUNGGUH-SUNGGUH mencari Dia, yang untuk mencariNya berani membayar harga yang mahal.
Menembus jalanan yang macet, berusaha bergegas dalam mempersiapkan diri supaya tidak terlambat, bayar parkir yang mahal dan segudang apapun. Apa yang kita korbankan untuk Tuhan, pasti tidak akan sia-sia.
================================================
Bag.21 hal 43
MOTIVASI MENENTUKAN HASIL
"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri"
(Amsal 3:5)

Alkisah ada 2 orang sahabat yang bersama-sama pergi ke Gereja. Seorang bernama Narno, dia seorang perfeksionis dan kritis. Ketika puji-pujian dinaikkan, Narno mendengar bahwa pemain piano salah memainkan pianonya, sehingga terdengar satu nada sumbang. Kemudian ketika paduan suara gereja tampil, ternyata ia mendengar ada empat suara menganggu harmonisasi paduan suara itu. Pak Narno berkata dalam hatinya, "Semestinya orang-orang semacam itu tahu diri untuk tidak tampil sehingga tidak membuat jelek paduan suara tersebut"
Demikian pula ketika kantong kolekte diedarkan, kembali ia berkata: "Aduh.... kenapa gereja ini terus haus uang ya?" Maka ketika ia melihat bahwa mata sang kolektan itu sedang tidak melihat dan menanti dirinya memasukkan uang kolekte ke kantong, dengan sengaja pak Narno memasukkan koin Rp.100,- saja. Dalam hati berkata, "Rasain lo, aku tak mau dibodohin dengan sumbangan-sumbangan yang membuat orang menjadi malas" Maka ketika selesei ibadat dan ia pulang kerumah, ia mengatakan kepada isterinya: "Cukup sampai disini saja, aku tidak mau lagi ke gereja yang penuh dengan orang yang munafik itu" Sedangkan sahabatnya, Pak Shandy, ia adalah orang yang sederhana,  dia rindu untuk memuji dan menyembah Tuhan, dia menanti-nantikan datangnya hari Minggu supaya ia bisa ke gereja dan meikmati suasana penyembahan dan pujian serta Firman Tuhan. Maka dengan penuh antusias ia mengikuti semua acara di gereja dengan penuh sukacita. Memang dia mendengar nada piano dan mendengar suara dari paduan suara yang sumbang dan tidak harmonis.
Tapi bagi dia, hal itu tidaklah menjadi permasalahan sehingga mengurangi sukacitanya. Dia tetap dengan penuh antusias mengikuti kebaktian itu. Ketika diedarkan kantong kolekte, ia membuka dompetnya untuk mengambil uang, ia berpikir "Ah, Tuhan sudah begitu baik padaku, aku punya pekerjaan yang baik, rumah dan mobil yang baik dan segala sesuatu yang baik. Lagipula kalau aku ajak istri dan anak-anakku ke mall,wah...kami bisa menghabiskan paling tidak 200ribu sekali makan. Masakan aku memberi yang buruk? Aku mau ikut memberi supaya di gereja ini hamba-hamba Tuhannya juga bisa menikmati seperti apa yang aku nikmati. Dan... terima kasih Tuhan untuk berkatMu" Dan ia mengeluarkan 1 lembar uang seratus ribu rupiah, dengan sukacita ia memasukkan uang itu. Ketika ia pulang dan sampai ke rumah, ia berkata kepada istrinya: "Aku senang sekali pergi ke gereja tadi, aku mau hari Minggu segera tiba supaya aku bisa menikmati sukacita besar"
Kedua sahabat tadi masing-masing mencari dan mendapatkan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Pak Narno ia mencari "kesempurnaan" maka, ia menemukan apa yang ia cari, yaitu "tidak ada seorangpun di dunia ini yang sempurna", itu sebabnya ia mendapatkan kekecewaan dan kepahitan. Berbeda dengan Pak Shandy, ia memang rindu mencari Tuhan, maka di gereja, kekurangan dan ketidak sempurnaan seperti apapun tidak terlihat dan tak menjadi masalah bagi dirinya, sebab ia telah berjumpa dengan "TUHAN" yang sempurna, bahkan ia mendapatkan sukacita dan kedamaian. Marilah kita mencari Tuhan dengan hati yang lapar dan haus. Supaya Ia memuaskan dahaga kita. Berilah yang terbaik bagi Tuhan dan pekerjaanNya, niscaya ia pun akan memberikan yang terbaik bagi kita.

www.J.MarselloGinting.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tags